Jakarta, 11 April 2022
Sepucuk surat ini hadir di tengah-tengah dinginnya malam yang kian merasuk tulang, namun anehnya hal itu tidak sanggup untuk membuat mataku terpejam untuk mengistirahatkan badan kendati tubuh kian remuk dan butuh rehat sejenak. Rupanya ada satu yang kurang sebagai pengantar tidurku: dekapan dan lirihnya suaramu yang menyahdu.
Rindu itu datang tanpa permisi, begitu kurangajarnya hingga memporak porandakan hatiku yang sedang dilanda gelisah
Kadangkala, aku selalu menyaksikan video yang tersimpan di gawai setiap aku sedang sendiri dan membayangkan jika aku berada di sisimu saat ini. Perasaan hangat itu akan muncul lagi pastinya hingga membuatku tertidur nyenyak di dalam dekapanmu yang selalu membuatku tenang dan teduh.
Tidak melulu perihal rindu ataupun cumbu. Aku selalu mengingat bagaimana kamu tersenyum hingga berceloteh tiada henti disaat menceritakan hal-hal yang menarik, atau ketika kamu sedang dilanda gundah dan risau kamu akan datang ke pelukanku disusul dengan berbagai macam omelan yang kadang membuatku turut sedih. Ada kalanya aku juga teringat ketika kamu memberikan petuah yang belum pernah kudengar atau mengingatkan aku untuk menjadi sosok yang arif dan tidak mudah terbawa emosi.
Semuanya tentang kamu, sebab kamulah duniaku.
Siapa yang menyangka jika sepasang om-om kasmaran ini telah memasuki bulan ke delapan dalam hubungan yang dijalin? Bahkan hingga detik ini, aku selalu berhasil dibuat senyum tanpa henti bahkan terharu dengan setiap apa yang kamu lakukan hingga membuat hatiku tersentuh. Kasih sayang dan cintamu begitu tulus, nomor dua setelah Bapak dan Ibu yang membuatku hadir di dunia ini.
Terima kasih sudah menyayangiku dan menjadikanku sebagai om-om paling bahagia sedunia di usiaku yang sudah kepala tiga. Terima kasih sudah mendukung setiap hal positif yang aku lakukan dan menjadi guru, sahabat, partner (hidup) yang baik. Sangat baik. Aku tidak henti-hentinya mengucap syukur atas hadirnya dirimu di dalam hidupku.
Bahkan aku sering berpikir ... apakah dulunya aku seorang pahlawan yang menyelamatkan dunia, sehingga di masa depan mendapatkan berkat serta kebahagiaan yang tak terkira dari Tuhan?
Doa dan harapku biar aku dan Tuhan yang mengetahui, namun yang pasti aku selalu berdoa untuk kebahagiaanmu dan juga kita. Biarlah Tuhan menuntun kita ke jalan terbaikNya. Masih banyak tanggal sebelas yang harus kita arungi, bukan? Dan aku ingin melaluinya bersama kamu. Satu tahun, sepuluh tahun, seratus tahun, hingga seribu tahun lagi bersamamu.
Dari yang tersayang dan yang selalu menyayangimu
LINDU AJI GASENDRA ㅤ